Kebanyakan kajian tentang menejemen waktu mengarahkan
hasilnya pada suatu hal, yakni kemampuan meraih uang secara lebih optimal. Sebagai
Muslim, kita tidak boleh menjadikan perolehan uang sebagai tujuan. Uang harus
dijadikan sebagai sarana mencapai tujuan agung, misalnya dengan uang seseorang
bisa bersedekah lebih banyak dari fakir miskin, bisa berinfaq untuk keluarga
dan anak-anak, dan bisa berinfaq untuk dakwah atau sesuatu yang mengundang
ridha Allah,swt. Artinya, perolehan uang dan harta itu sarana untuk memperoleh
ridha Allah,swt. Karena itu, seorang mukmin memerlukan pemahaman yang benar
tentang menajemen waktu, sehingga ia bisa hidup berkecukupan tidak berlebihan
dan tidak kekurangan. Islam adalah agama yang mengajarkan nilai pertengahan. Berlebihan
adalah pekerjaan syaithan. Kekikiran juga pekerjaan syaithan. Sedangkan sikap
adil seimbang adalah jalan ideal yang diperintahkan Allah swt.
Dalam banyak
firman-Nya, Allah,swt. Mengaitkan masalah rezeki dengan ketakwaan. Yang paling
penting dari unsur ketakwaan adalah unsur memanfaatkan waktu untuk amal-amal
shalih, yakin kepada Allah,swt. Yakin bahwa Allah swt Maha Kuasa atas pemberian
rizki kepada hamba-hamba-Nya. Kita membutuhkan sikap keyakinan seperti ini. Dan
kitika kita berupaya mengoptimalkan waktu untuk ridha Allah, maka Allah akan
menghamparkan seluruhnya untuk usaha kita. Atau dengan bahasa yang lebih
sederhana, pengelolaan waktu yang
baik untuk mencari ridha Allah, akan menambah rizki untuk kita, dengan izin
Allah swt. (elpk)