Awalnya saya baca
twit teman yang kebetulan nongol di timeline
twitter saya. Kurang lebih begini, “tas favorit saya sudah saya kasih
sama anak teman di kantor, kasian ke sekolah hanya pakai buntelan sarung”
(kalau gak salah). Saya yang membaca twit itu tidak percaya. Zaman digital gini
masih ada juga anak sekolah yang pakai buntelan sarung ke sekolah? Di kepalaku
hal itu rasanya mustahil. Tapi kenyataannya memang sudah seperti itu.
Sebelum bertemu Agung, saya dan
teman-teman ASP sudah lebih dulu bertemu Bapaknya. Kami banyak mendengarkan apa-apa
saja yang Bapak itu ceritakan, tentang keluarganya, anaknya, pekerjaannya. Yah,
kami mendengar sesekali menimpali. Dari bapaknya, info mengenai agung makin
jelas untuk keperluan program ASP. Tapi saat itu kami belum bisa bertemu dengan
anaknya langsung. Kemudian setelah beberapa minggu, saya, Lifa, Dardi dan Budi janjian
untuk silaturahim ke rumah Agung di Desa Sidondo. Jarak dari Kota Palu ke Desa
Sidondo kurang lebih 21 KM.
Hari makin sore, bersama si kecil
Muthia, saya Lifa dan Dardi menjemput Budi di kantornya. Karena yang